Masalahnya Berat

siapa yang lebih menderita?

Nyatanya terlihat dewasa, perilaku masih seperti anak kecil, penuh emosi, sangat tempramental, egois, acuh tak acuh dan semua hal itu pernah ada dalam diri penulis. Banyak orang yang menjauhi gue pada saat itu, sedih rasanya. Nggak punya temen?,kenapa?,karena dulu perilaku gue masih sangat amburadul. Mungkin, sampai sekarangpun gue masih menjadi manusia yang penuh dosa. Dulu, paling suka bikin orang kesel, bikin orang nangis, bikin orang kecewa, bikin orang benci, itulah masa-masa paling terbodoh yang pernah gue alami. Semakin bertambahnya usia, harusnya makin legowo dan yoweslah. Karena manusia itu nggak sempurna, jauh dari kata sempurna, gue manusia bernama Azzahra ingin mengucapkan berjuta maaf, bagi kalian yang pernah hadir dalam kehidupan gue, ya, gue minta maaf untuk semua hal menjijikan yang pernah gue perbuat kala itu.

Hidup tidak semulus kertas hvs, mau punya uang sampe triliunan juga kalo nggak berkah mah percuma, mau orang miskin maupun orang kaya pasti semua punya masalah, tapi banyak dari kita yang merasa bahwa '' Masalah ini berat amat yak!'', ya, manusia itu suka mengeluh memang, termasuk gue sendiri. Masalah dateng, pasti ada solusinya. Entah solusinya ada di tangan lu sendiri atau ada masukkan dari orang lain, mendengarkan saran dan kritik dari manusia lain juga penting, nggak pandang bulu, siapapun dia?, dengerin aja. Selagi positif, why not?...

Kemudian hal yang paling sering gue jumpai adalah, '' Kita lupa, kalo Allah selalu disisi hambanya. Kita lupa dengan-Nya, karena kita fokus pada hal duniawi saja''. Karena masih banyak orang-orang yang lebih menderita daripada kita, yang masalahnya seperti gunung everest. Sehari yang lalu, gue melihat ada beberapa pemulung, kondisi mereka memprihatinkan banget, semua orang udah buka puasa, ada yang beli takjil, buka puasa bersama di mall, di reastaurant atau di masjid. Mereka?, harus mungutin sampah dulu, baru bisa dapet duit coyyy!. Kapan kita bisa memanusikan manusia?, lupa dengan sedekah, menghitung-hitung sedekah, karena ada keperluan duniawi yang harus di beli, lagi-lagi hal yang sifatnya keduniawian ini benar-benar memalingkan hati dan pikiran kita untuk kembali ke jalan-Nya.

Banyak juga anak-anak kecil yang menjadi korban pemaksaan, disuruh mintain duit ke pengemudi-pengemudi sepeda motor dan mobil, siapa yang nyuruh mereka untuk ngemis?, jawabannya begitu miris, Ibunya sendiri!. Kembali lagi ke fondasi yang seharusnya di bentuk sejak dini, Pendidikan harusnya bisa mereka rasakan, nilai-nilai moral dan etika sebaiknya diajarkan kepada anak-anak yang usianya masih amat muda. Bukan malah dibiarkan begitu saja, menurut gue '' Generasi penerus bangsa ini, makin terkikis''. Dan memang, ekonomi bisa menjadi batasan seseorang untuk bisa melanjutkan pendidikannya, semoga pemerintah bisa lebih peka dan semangat untuk memperhatikan anak-anak yang kurang mampu. Setidaknya, mereka harus bisa merasakan bagaimana rasanya ketika duduk di sebuah bangku sekolah?, saling berdiskusi bersama guru dan temannya, mereka bisa mengenal buku-buku, mengenal huruf juga angka. Dan pikiran mereka bisa lebih berkembang lagi.

Yang kita butuhkan adalah pemuda yang berkarakter terpuji, mereka tidak datang tiba-tiba, mereka datang melalui proses yang panjang dan penuh perjuangan. Back to topic, it is necessary to be grateful to Allah, Allah and Allah. Semoga bersyukur akan menjadi sahabat kita dalam menjalani kerasnya kehidupan. Gitasav said''The purpose to live a happy life is to be grateful and don;t forget the magic word, ikhlas, ikhlas, ikhlas'' .

Comments

Post a Comment